Monday, July 31, 2006


Kaum muda adalah aset terbesar bangsa ini. tapi cobalah tengok keadaan kaum muda bangsa ini. mungkin banyak yang tak sependapat dengan saya. apa yang saya lihat disekitar membuat saya yakin bahwa bangsa ini akan memasuki tahap penghancuran internal secara perlahan.

berapa banyak dari kita yang mau dan mampu mengkritisi keadaan ? mungkin banyak organisasi yang berdiri atas nama kaum muda. implikasi terhadap perjuangan kaum muda belumlah nyata. banyak organisasi terkubur bersama visi dan ideologi yang kabur. terlalu rumit dipahami oleh sesamanya. banyak proses kaderisasi yang mandek. sementara perjuangan tidak menunggu kita untuk maju ke depan.

saya berbicara atas nama individu. berapa banyak dari kita yang menyadari bahwa kita adalah kaum muda yang akan melanjutkan tongkat estafet generasi tua ? kalaupun ada mereka terjebak dalam paradigma organisasi yang menuntut keselarasan pada misi dan visi organisasi. mereka tak bebas berkreasi. memang mereka memiliki tempat bernaung. tapi sampai kapa ini akan berlangsung. lima atau sepuluh tahun lagi ???

budaya hedonisme telah menjadi wabah dari kehidupan kaum muda metropolitan kita. sementara yang lain tidak mampu mengakses informasi, dikarenakan ketiadaan biaya. sarana dan prasarana yang tidak memadai, bahkan tidak ada sama sekali.

lingkup terkecil dari peran kaum muda adalah kampus. sedangkan secara pribadi saya melihat kampus saya tidak mampu mengakomodasikan gejolak jiwa muda saya. dalam artian pemenuhan kebutuhan akan perjuangan yang saya tempuh. kampus tidak mampu menjadi sarana menyampaikan pedapat dengan bebas. mewujudkan kreasi. kampus di mana saya berada tidak lebih sekedar tempat untuk meluangkan waktu dan bermain sebelum saya terjun ke masyarakat.

mahasiswa di mana saya berada berlomba menjadi pejuang melainkan menjadi bintang. keseharian yang dihabiskan dengan hura hura dan dipenuhi topeng kepalsuan. hal itu dilakukan demi menjamin masa depan yang baik. versi mereka. berapa banyak dari mereka yang mengetahui jumlah korban israel di timur tengah ? berapa banyak dari mereka yang peduli dengan pemusnahan perlahan etnis di checnya ? dan masih banyak hal yang seharusnya diketahuai mahasiswa FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
saya bisa menjawab tak lebih dari 5% dari hampir 3000 mahasiswa yang terdaftar.

saya akhirnya menyadari bahwa status mahasiswa yang terlihat lebih daripada mereka yang tidak kuliah menjadi surut dan pudar. mahasiswa adalah mereka yang didik untuk menjadi pekerja, budak dari kapitalisme dengan gaya hidup metropolis. yang mementingkan materi diatas segalanya. kepekaan sosial dan kearifan lokal bukanlah hal yang utama. pemenuhan terhadap individu tidak lebih dari pemuasan hawa nafsu.

"tidak ada kawan yang sejati,
tidak ada musuh yang abadi,
yang ada hanya kepentingan pribadi."





Saturday, July 29, 2006

kesempatan

akhir2 wa merasa klo wa udah banyak menghabiskan semua kesempatan yang wa punya dengan sia2. udah banyak kesempatan tapi gak pernah digunakan. nyesel ? pastilah. tapi itu semua ga da gunanya, toh semuanya sudah terjadi...

dua hari yang lalu wa balik k kosan. untuk pulang kesana aja butuh kemauna keras. karena selama di jatinanor wa tinggal di PW net. betah banget jadinya. pagi2 wa balik k kosan. naik damri duduk di belakang. rasanya sepi dan kosong. walau banyak orang orang wa rasa sepi. emang wa jalan sendirian. tapi suasananya beda. ini bener2 sepi. ampe di kosan ga lama. kemas baju seadanya ma ambil buu buat TA. jam 2 siang dah balik k jatinanor.

karena bawa carrier wa duduk di depan. maksudnya supaya carrier bisa di taruh di depan. namanya rejeki mang ga kemana. anak makhluk manis duduk di sebelah wa. eh, bukannya geer ato sok di bilang laku, gerak gerik tuh cwe mengundang banget. eits, jangan salah sangka ya. mengundang wa bwat knalan wa dia. wa duduk di bangku tiga, deket jendela. wa nengok k jendela, dia ikutan. wa agak ke depan sambil bertopang dagu, eh dia ikutan. pas wa noleh ke kiri, eh dia juga noleh ke kanan.

dasar namanya pecundang, ya wa ga diam aja. entahlah rasanya kok jadi males. akhirnya wa tidur sepanjang perjalanan. ehm, coba klo aja wa berani tegur sapa, mungkin bisa knalan...
mungkin cerita bisa lain. bisa aja dia bengong keheranan. bisa juga dia ngomong sekedar basa basi trus langsung diem (siapa lo ngajak knalan-sic!). ato dia pura2 gak denger (zzzzzzz-red).]
mungkin wa terlalu takut ma banyak kemungkinan yang sejharusnya harus dipikirin belakangan...

dasar makhluk manis dalam bis...

Saturday, July 22, 2006

seorang teman pernah berkata :

"Saya tak bisa menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.


Saya ingin melihat mahasiswa - mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip - prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.

Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain - lain. Setiap tahun datang adik - adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban - korban baru untuk ditipu oleh tokoh - tokoh mahasiswa semacam tadi"

Jika semua mahasiswa Indonesia memiliki pemikiran sepertinya mungkin dunia kampus memjadi sebuah dunia yang berbeda dari dunia yang pernah kita kenal sebelumnya. Bukankah masih banyak dari kita para mahasiswa berorientasikan pada nilai dan profit. Intinya jika nilai kita tinggi profitnya pasti tinggi juga. akhirnya kuliah digunakan hanya sebagai ajang mencari nilai. bagaimana memdapatkan nilai yang lebih baik dari teman lainnya.

ujung mudah ditebak. segala cara digunakan untuk mendapatkan nilai A. mulai dari mencotek saat ujian, lobi kanan kiri pada dosen, ada juga yang hanya mau berkawan pada rekan yang pandai saja (sic!), sampe lupa pada hakikat dari pada mahasiswa sendiri.

ada juga tipe mahasiswa yang kuliah sekedar memenuhi kehidupan hedonism-nya. yang ini juga parah. kuliah digunakan sebagai ajang tebar pesona, jual pantat, pamer kekayaan, dan menaikan gengsi saja. kalo ujian juga nyontek, lobi dosen, dan tugas copy-paste saja. yang penting bisa terkenal, banyak teman, dan pengennya punya kerjaan dengan gaji diatas rata- rata. tanpa pernah menyadari banyak mahasiswa di bawah garis kemiskinan.

sesungguhnya kuliah tak pernah MURAH...

Seorang putera Indonesia asal Sumatera Barat, Tan Malaka, yang keluar masuk hutan di Indonesia dan Asia Tenggara untuk mendirikan masyarakat sosialis-komunis di Asia Tenggara. Tan Malaka, yang kurang dicatat di buku-buku sejarah Indonesia mungkin karena kekiriannya dan keanggotaannya di Comintern. Seperti juga Che Guevarra, Tan Malaka mengakhiri revolusinya yang romantik setelah dieksekusi di Indonesia sekitar tahun 1949.

Tan Malaka –lengkapnya Ibrahim Datuk Tan Malaka—menurut keturunannya ia termasuk suku bangsa Minangkabau. Pada tanggal 2 Juni 1897 di desa Pandan Gadang –Sumatra Barat—Tan Malaka dilahirkan. Ia termasuk salah seorang tokoh bangsa yang sangat luar biasa, bahkan dapat dikatakan sejajar dengan tokoh-tokoh nasional yang membawa bangsa Indonesia sampai saat kemerdekaan seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, Moh.Yamin dan lain-lain.

Pada tahun 1921 Tan Malaka telah terjun ke dalam gelanggang politik. Dengan semangat yang berkobar dari sebuah gubuk miskin, Tan Malaka banyak mengumpulkan pemuda-pemuda komunis. Pemuda cerdas ini banyak juga berdiskusi dengan Semaun (wakil ISDV) mengenai pergerakan revolusioner dalam pemerintahan Hindia Belanda. Selain itu juga merencanakan suatu pengorganisasian dalam bentuk pendidikan bagi anggota-anggota PKI dan SI (Syarekat Islam) untuk menyusun suatu sistem tentang kursus-kursus kader serta ajaran-ajaran komunis, gerakan-gerakan aksi komunis, keahlian berbicara, jurnalistik dan keahlian memimpin rakyat. Namun pemerintahan Belanda melarang pembentukan kursus-kursus semacam itu sehingga mengambil tindakan tegas bagi pesertanya.

Di ibukota Thailand, bersama Soebakat dan Djamaludddin Tamin, Juni 1927 Tan Malaka memproklamasikan berdirinya Partai Republik Indonesia (PARI). Dua tahun sebelumnya Tan Malaka telah menulis “Menuju Republik Indonesia”. Itu ditunjukkan kepada para pejuang intelektual di Indonesia dan di negeri Belanda. Terbitnya buku itu pertama kali di Kowloon, Cina, April 1925. Prof. Moh. Yamin sejarawan dan pakar hukum kenamaan kita, dalam karya tulisnya “Tan Malaka Bapak Republik Indonesia” memberi komentar: “Tak ubahnya daripada Jefferson Washington merancangkan Republik Amerika Serikat sebelum kemerdekaannya tercapai atau Rizal Bonifacio meramalkan Philippina sebelum revolusi Philippina pecah….”

Peristiwa 3 Juli 1946 yang didahului dengan penangkapan dan penahanan Tan Malaka bersama pimpinan Persatuan Perjuangan, di dalam penjara tanpa pernah diadili selama dua setengah tahun. Setelah meletus pemberontakan FDR/PKI di Madiun, September 1948 dengan pimpinan Musso dan Amir Syarifuddin, Tan Malaka dikeluarkan begitu saja dari penjara akibat peristiwa itu.

Di luar, setelah mengevaluasi situasi yang amat parah bagi republik Indonesia akibat Perjanjian Linggarjati 1947 dan Renville 1948, yang merupakan buah dari hasil diplomasi Syahrir dan Perdana Menteri Amir Syarifuddin, Tan Malaka merintis pembentukan Partai MURBA, 7 November 1948 di Yogyakarta. Dan pada tahun 1949 tepatnya bulan Februari Tan Malaka gugur, hilang tak tentu rimbanya, mati tak tentu kuburnya di tengah-tengah perjuangan “Gerilya Pembela Proklamasi” di Pethok, Kediri, Jawa Timur.

Namun berdasarkan keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Sukarno 28 Maret 1963 menetapkan bahwa Tan Malaka adalah seorang pahlawan kemerdekaan Nasional. (sic!)

BERGELAP-GELAPLAH DALAM TERANG, BERTERANG-TERANGLAH DALAM GELAP ! (TAN MALAKA)
dari berbagai sumber.

Monday, July 17, 2006

commenting and trackback have been added to this blog.